30 November 2008

Refleksi

Beberapa hari ini aku giat sekali membaca buku, dapat diliat dari list ku apa saja buku yang sudah menemani aku beberapa hari ini. Aku sangat bersyukur untuk setiap buku yang ada karena dari sana aku belajar banyak tentang Allah dan hidup didalam Dia. Tahun ini aku banyak ketidaksabaran dan lewat salah bukunya aku belajar untuk memberikan my yearning/longing (yang belum/tidak Tuhan jawab) sebagai kurban untuk Kristus. Belajar submit everything into the authority of Christ. Dalama keadaan susah dan tak menentu, kita boleh belajar untuk tetap percaya dan menerima kesulitan dihadapan kita daripada menghadapi itu dengan menentang dan bersungut-sungut. Tuhan selalu mengasihi Lilis, kasihNya yang tidak pernah berubah dan tidak bersyarat selalu menyertai aku. Dia yang berkuasa atas segala keadaan, He will put me through all this. Trus aku juga belajar kalau Tuhan tidak akan menahan segala kesulitan dalam hidup kita yang akan Dia pakai untuk mengubah kita semakin seperti Kristus. Jadi makanya kita perlu bersyukur karena Tuhan care ama kita dan anggep kita anak dengan mendisiplin kita. Sekalipun mungkin hati kebapaannya ndak tega melihat kita menderita , tetapi at the other end He can see something beautiful, bringing fruit of peace and righteousness for Lilis. That are far better for Lilis than what she had to go through.

Semalam di youth IEC, aku juga boleh diberkati lewat firman Tuhan di dalam Lukas tentang perumpamaan anak hilang. Gue sebenarnya udah lama pengen banget review lagi nih perumpamaan, seakan-akan udah tahu artinya tapi kok belum grasp gambaran daripada kasih Allah. Yesterday it was shared eloquently by kak David. Ternyata yang hilang itu dua-duanya bukan si sulung atau si bungsu saja. Jujur, kalo disuruh identifikasi diri, aku lebih mirip si sulung. Selama ini pelayanan di kampus telah berubah menjadi beban dan bukan lagi sukacita. Itu sudah berlangsung terlalu lama tanpa ada banyak orang mengetahui, mungkin ada yang merasa, tapi tidak ada yang sensitive enough to let me know :(. Anyway, aku gak mau mulai menyalahkan orang atau diri sendiri. Itu sudah yesterday dan gak mungkin bisa diulang lagi. Terus terang, kemarin aku menunggu-nunggu, apa sih yang akan sang Bapa lakukan kepada si sulung? Apakah si Bapa masih mengasihi anaknya yang sulung setelah mengetahui hal itu? now I get it. Sang bapa dengan penuh kasih menenangkan amarah si sulung. Sang Bapa bilang bahwa segala punyanya adalah punya si sulung juga. Trus, kak David juga ada membahas karakter sang ayah yang menerima kedua anaknya dan tetap mengasihi mereka sekalipun mereka telah mengecewakan ayah. Gue jadi nangkep...mungkin bener apa yang selama ini orang bilang...Tuhan mengasihi lo apa adanya, gak berkondisi, gak seperti kasih manusia. Berarti Kasih Tuhan besar banget donk!!! true love banget!! selalu ada buat gue...amin amin...

Kasih manusia:

Jika kamu ... (rajin belajar, ndak nakal, bijaksana, cantik, langsing, posisi tinggi, kaya, populer, dll) maka Aku mengasihimu.

Kasih Tuhan:

Aku mengasihimu. Aku tetap mengasihimu, Lilis.


Tuhan begitu indah kasihMu. Melihat kasihku terhadap sesama, banyak yang tidak murni dan tidak seperti kasihMu. Biarlah lewat mengetahui dan memaknai kasihMu, aku boleh mengasihi seperti engkau. Indeed Jesus is the way, the truth, and the life. I love you too Lord! *tears*

1 comment:

Ita said...

Nice reflection. Mengena buat gua karena kita punya kesamaan. Gua juga menempatkan diri sebagai si sulung...