24 March 2009

Kewirausahaan/Entrepreneurship

Dari judulnya mungkin terdengar agak maskulin. Gue gak mencoba untuk jadi cowok sih, gak juga terlalu mendukung gerakan feminisme yang menurut gue bisa sangat ekstrim yaitu menginjak-injak harkat dan martabat pria. Apakah wanita tidak butuh pria? (hehehe, gua juga gak tahan ama bahasa gua, tapi bener kan?). Jangan mau jadi wanita yang dihasut ingin mengalahkan pria atau menjadi pria (or in any way along the line). There is nothing worst than fighting against yourself.

Eniwei, sebenernya apa sih yang dibutuhkan untuk menjadi wirausahawan ulung? (this the million dollars question!) gue cuma berharap bisa lebih pintar dalam mengatur dan memutar uang ;p. Karena menurut gue, gue itu ignorant dan tidak cerdas dalam hal keuangan. Perjalanan masih panjang, but it must start now if I would like to get somewhere. Banyak orang yang susah setengah mati terjebak dalam hutang, dan banyak pula yang tidak bisa bangkit dari kebangkrutan. Gue mungkin gak punya hutang, tapi kalopun punya uang, lama-lama dikeruk, habis juga kan. Pengangguran membuat gue sadar. Hahaha. Lama prosesnya gua.

Beruntung gue punya bokap yang bisa jadi mentor gua dalam hal ini. Doi memang sangat gracious sih sama kita-kita. Nah, kalo dia yah, kegagalan berkali-kali lah yang menjadi sumber inspirasi dan pelajaran buat dia berusaha sampai dia bisa debt free. Bagaimana gue bisa meminimize mistakes, belajar dari papa, dan be financially free? itu salah satu yang pengen gue belajar. If it is achievable, why not learn? why we want to go the hard way?

Iya, ada orang yang pikirannya sempit dan view bahwa kekayaan hampir selalu membawa kita kepada kecintaan pada uang. Memang harus ada kehati-hatian. Selalu balik lagi ke motivasi dibelakang layar. Jangan juga sampai kehati-hatian kita membuat kita berpikir bahwa kekayaan itu dosa. Tapi jangan malah tujuan hidup kita bagi kristus malah digantikan dengan pengejaran akan kualitas hidup (pribadi) yang lebih baik lebih nyaman. Seperti kata Dr. Piper, it is a poor substitute compare to living for Christ. Jadi motivasi dibelakang making money harus bener dulu deh. Gua rasa gue masih harus work on that. Biar Tuhan yang bantu. Kalo sudah dipercayakan dengan berkat materi, bagaimana menggunakannya lebih efektif lagi bagi pekerjaan Tuhan bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi. Ada pepatah tepat yang berkata: there is one principle of hell: I am my own. Ketika kita hanya perduli diri kita sendiri, kita mulai berlangganan deh tuh prinsip-prinsip neraka.

Tapi yah, gue menemukan bahwa orang-orang yang takut2 supaya tidak cinta uang malah tidak pintar dalam mengatur dan memutar uang. Iya gak sih? karena kita jadi cenderung konservatip. Ini kan gak baik lho? kurang pintar. Gue yakin Pak Joseph setuju (dari career fellowship).

Eniwei, back to the million dollar question. From what I got in the seminar, the answers seem to be selling (must master the skill), get rid of fear (must be confidence), be able to work in a team well (because you achieve very little with yourself), identify and seize opportunity, think outside the box (change your mindset). The worst enemy is yourself really by the look of the list. Fear is in your mind, all sorts of fear: fear of man, fear of failure, fear of change bla bla. The old way of thinking must be changed. In that way, inertia wouldn't have much impact and you will be swaying smoothly. That's from my TSO paper I did last time. I enjoyed management studies, eventhough it is hard in practise. But, one of the skills that I really want to master is to be able to manage people, to get people buy in to your ideas. I remember what Jesus said, if you want to be the greatest you must be the lowest. Paradoxical principle. But, I tried it once to my horrible assignment team. It sort of worked. Hehehe.

No comments: